Design & Research (1) | Sidedness & Design

Telaah Desain Vol. 1

Bandung Creative Hub, 5 Mei 2018

Pembicara :
Andi Abdulqodir, Founder Tujusemesta & Left Hander Researcher
Deny Willy, Scientific Comitee for Reputable International Conferences & Journals

Ditulis oleh : Arum Kartika


 

Kita mengetahui bahwa tubuh kita terdiri dari 2 sisi : kiri dan kanan.  Namun, sadarkah kamu bahwa kesisian ini sangat mempengaruhi aktivitas keseharian kita, dan kemudian berlanjut pula pada desain. Hal ini sangat dirasakan jika kamu seorang kidal atau left-hander. Berbagai benda buatan manusia di dunia ini mayoritas diperuntukkan bagi non kidal atau right-hander. Contohnya :

1. Stick Play Station

Pada Stick PS, kendali arah di sebelah kiri dan kendali aksi di sebelah kanan. Artinya, tangan yang lebih aktif adalah tangan kanan karena jemarinya sering berpindah dan melakukan gerakan repetisi; sedangkan tangan kiri lebih cenderung konstan dan memiliki durasi lama dalam menekan sebuah tombol arah. Sehingga agak menyulitkan bagi kidal yang tangan kanannya tidak dominan.

2. Kemudi Mobil

Kemudi kanan pada mobil memiliki dampak besar untuk terjadi tabrakan dibanding dengan kemudi kiri pada mobil. Namun tabrakan yang terjadi dalam kondisi kemudi kanan akan lebih ringan dibandingkan kemudi kiri. (Cooper, 2008)

3. Penggaris

Anatomi bahu dan siku tangan membuat para non kidal menggaris dari kiri ke kanan, sedangkan para kidal dari kanan ke kiri. Sehingga seringkali para kidal tidak mengetahui ukuran centimeter yang telah digaris karena terhalang oleh tangannya sendiri.

Dan masih banyak lagi benda yang ternyata didesain untuk pengguna tangan kanan : gitar, gunting, cutter, sarung tangan baseball, mouse, dsb. Sebelumnya, mari kita cari tahu, mengapa seorang kidal sangat dianaktirikan?

Dalam populasi dunia, kidal dan non kidal memiliki perbandingan 1:9, walaupun seiring waktu, populasi kidal semakin besar. Dibalik ini, siapa yang sering mendengar bahwa menggunakan tangan kiri adalah “dosa”?

kidal 1

Atas pernyataan inilah, populasi kidal ditekan sehingga banyak yang sebenarnya terlahir sebagai kidal, namun ia kemudian beralih ke non kidal. Dan kemudian atas pertimbangan mayoritas populasi, desain produk-produk diperuntukkan bagi para non kidal. Tanpa memperhatikan bahwa kidal juga memiliki aktivitas yang sama dengan non kidal dan membutuhkan peralatan yang sama pula–namun dengan kesisian yang berbeda.

Penelitian saya berawal dari pertanyaan ini : apakah desain produk bagi orang kidal semudah membalikkan desain untuk para non kidal? Jawabannya : tidak semua. Saya kemudian memfokuskan penelitian pada sebuah produk saja, yakni kursi kuliah.

kidal 2.jpg
(i) Cara Non Kidal menggunakan kursi kuliah ; (ii) Cara Kidal menggunakan kursi kuliah ; (iii) Cara lain Kidal menggunakan kursi kuliah

Bagi para non kidal, kursi ini terasa biasa saja. Namun bagi para kidal, fungsi tumpuan lengan pada kursi ini sangat penting. Ketika tidak ada, maka menimbulkan masalah baru. Terutama pada saat ujian ataupun psikotes, kursi ini sungguh menambah tekanan. Sebelum mencari solusinya, mari kita tarik mundur ke belakang dan melihat bagaimana aktivitas menulis dan menggambar pada kidal dan non kidal.

Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, yakni penelitian yang semua hasil datanya terhitung dalam angka sebagai hasil kuesioner responden. Saya menarik hasil dari 7 orang responden kidal dan 7 orang responden non kidal untuk membandingkan aktivitas dalam menggambar dan menulis. Kemudian, diperoleh simpulan sebagai berikut :

  1. Responden kidal cenderung memilih derajat kemiringan kertas yang tidak begitu besar (lebih tegak) dibandingkan responden non kidal yang bahkan kemiringan kertasnya bisa mencapai hampir 40°.
  2. Responden kidal lebih sering mengangkat/memindahkan posisi tangan setiap beberapa kata, sedangkan responden non kidal lebih stabil dalam menulis.
  3. Responden non kidal membutuhkan ruang untuk menulis yang tidak begitu banyak dibanding responden kidal.
  4. Responden kidal memiliki tingkat ketidaknyamanan yang lebih kecil dibanding responden non kidal.

Simpulan terakhir sangat menarik karena dengan kondisi yang lebih terbatas, orang kidal memiliki tingkat adaptasi yang tinggi dibandingkan non kidal. Disebabkan pula oleh kondisi lingkungan kesehariannya bahwa mereka lebih sering menggunakan produk yang diperuntukkan bagi non kidal.

Dari hasil-hasil tersebut, kursi kuliah tidak bisa hanya dengan membalikkan desain sebelumnya. Solusi kursi kuliah bagi orang kidal adalah sebagai berikut :

kidal 3.png
A. Membalik desain dan menambah lebar tumpuan siku ; B. Menggunakan tumpuan duduk yang dapat diputar, sehingga para kidal dapat memiringkan badannya
kidal 4.png
C. Menambah lebar meja untuk ruang kertas kerja, sehingga ruang selebihnya dapat menjadi tumpuan pergelangan tangan kiri ; D. Mirip seperti C namun dengan penggalan pada bagian siku sehingga tidak membutuhkan ruang yang terlalu besar ketika memutar meja.

Dalam mendesain, kita harus memperhatikan user. Tentu saja mayoritas yang diutamakan, namun bukan berarti kaum minoritas tidak diperhatikan bukan? Terutama jika menyangkut keselamatan kerja.

Semoga sharing kali ini dapat menginspirasi dalam berbagai hal.